Minggu, 17 Mei 2009

tajuk rencana
PDIP dan GOLKAR Berebut Kekuasaan

Saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kala (JK) bercerai, kini para Capres sedang gencar mencari pasangan, siapa yang menjadi Capres dan siapa yang menjadi Cawapres merupakan inti permasalahan bagi para Capres saat ini, sehingga mereka dilemma dalam menentukan pasangan. Sepertinya koalisi yang dilakukan hanya akan sia-sia saja, apabila tiap Partai hanya mengajukan Capres dan tidak mengusulkan untuk menjadi Cawapres.
Pemilihan Caleg sudah berakhir, kini saatnya perang antar Capres. Untuk memperebutkan Kursi Kepresidenan , para Capres sangat giat melakukan peremuan-pertemuan dengan koalisi yang dipilihnya untuk menjadi pasangan hidupnya 5 tahun kedepan.Pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh para capres itu tidak menghasilkan apa-apa atau bisa disebut anti-limaks, contohnya saja Pertemuan PDIP dan GOLKAR, saat diadakannya pertemuan tidak mendapatkan hasil siapa yang akan menjadi Capres, karena dari pihak PDIP mengajukan Megawati sebagai Capres, demikian juga Golkar yang mengajukan Jusuf Kalla sebagai Capres.Dari fenomena tersebut, sulit sekali mengharapkan Megawati maupun Jusuf Kalla untuk mengalah.
Bila PDIP dan GOLKAR terus seperti itu, bisa dipastikan mereka harus mencari pasangan lain. Karena apabila terus memaksakan koalisinya, Partai-partai ini tidak akan menghasilkan keputusan apa-apa. Saat ini Prabowo dan Wiranto sedang diperebutkan oleh PDIP dan GOLKAR untuk dijadikan Cawapres. Karena saingan mereka DEMOKRAT sepertinya sudah mendapat Cawapres dari PKS dan PAN untuk dijadikan pasangan, setidaknya DEMOKRAT hanya tinggal memilih siapa yang akan menjadi pasangannya kelak, dan tidak perlu lagi mencari.
Posisi dari Partai GOLKAR sebenarnya serba dilematis,karena bila gagal berkoalisi dengan PDIP, maka harus berkoalisi dengan partai menengah untuk memenuhi persyaratan untuk pengajuan sebagai Capres.
Sebenarnya pihak PDIP maupun GOLKAR harus lebih waspada dengan musuh mereka yang sudah memperoleh Cawapres, sehingga harus segera dipilih siapa yang menjadi Capres dan siapa yang menjadi Cawapres, toh akhirnya apabila terpilih menjadi Capres dan Cawapres mereka bakal menjadi pemimpin negara ini. Asalkan tujuan utama dari para capres tersebut untuk memimpin bangsa ini agar menjadi lebih baik dan mensejahterakan rakyatnya, sepertinya tidak akan terlalu mempermasalahkan siapa yang menjadi Capres dan Cawapres. Pemilihan Capres maupun Cawapres, sepertinya bukan merupakan tingkatan siapa yang lebih berkuasa dan siapa yang dibawah kekuasaan.
Dalam konteks ini, PDIP dan GOLKAR sangat terlihat tidak dewasa, karena berebut kekuasaan dan tidak memikirkan kepentingan rakyatnya. Mereka kurang bisa menarik simpati rakyat. Rakyat tidak butuh siapa yang kelak menjadi Presiden, namun rakyat hanya menginginkan sepasang pemimpin yang benar-benar dapat diandalkan untuk memajukan negara ini.

Rr. Shinta Rinandawati
153070293

Selasa, 05 Mei 2009

Tajuk Rencana :

KOALISI : UNTUK RAKYAT ATAU KOMPETISI MENCARI KEKUASAAN BELAKA

Koalisi adalah penggabungan kekuatan politik (partai politik) agar menjadi kekuatan yang besar.

Sama halnya dengan itu, koalisi yang terjadi sekarang, yaitu Golkar dengan PDIP beserta Gerindra, Hanura, dll dimaksudkan untuk menggulingkan kekuatan dari parta Demokrat dengan SBY-nya. Pada awalnya koalisi ini bermula dari “cerainya” SBY dengan JK. JK tidak lagi ingin jadi pendamping SBY, beliau juga ingin menjadi presiden.

Kita tau bahwa pada pemilu kali ini suara Golkar banyak tersebar ke partai – partai ”pecahan” Golkar (Gerindra dan Hanura). Maka dari itu mereka perlu menghimpun suara yang hilang tersebut. Tetapi Demokrat sendiri juga berencana untuk berkoalisi dengan PKS, PPP, dll. Ini dimaksudkan agar dalam pilpres nantidemokrat tetap bias menjadi pemenang.

Tapi, sebenarnya apa kentungannya bagi rakyat ? Apakah koalisi tersebut dapat “membahagiakan” rakyat ? Atau hanya untuk mencari kekuasaan belaka ? Sebenarnya yang diinginkan rakyat hanyalah, yang penting merek bias makan hari ini, esok, dan seterusnya. Anak – anak mereka bias sekolah, mereka bias membeli sembako, mereka bias membeli susu untuk bayi – bayi mereka. Itu saja ! Rakyat tidak akan peduli dengan peta politik, tentang koalisi, tentang apapun itu. Siapapun presidannya, yang rakyat minta hanyalah tidak lebih dari itu.

Jadi, rakyat berharap koalisi – koalisi yang terjadi jangan hanya untuk kepentingan mencari kekuasaan belaka. Tetapi yang penting harus memikirkan nasib rakyat. Nasib Negara, dan nasib bangsa ini.

oleh : chandra hadi kurniawan (153070247)